Umat Islam sedang terjajah. Di belahan dunia sana,
mereka ditindas, terdzalimi. Syria, Palestina, Thailand, Myanmar, juga
Filiphina. Tapi telinga umat muslim sengaja dibuat tuli, penglihatannya sengaja
dibutakan oleh para musuh. Bukankah sejatinya kita masih bisa melihat,
mendengar, dan merasa? Memang masih banyak dari kita yang tidak mengetahui
kabar saudara-saudara kita di luar sana. Tak semua informasi bisa kita dapatkan
dengan mudah. Banyak fakta kekejaman kuffar yang ditutupi oleh media masa,
karena memang mereka yang menguasainya. Bahkan, akhir-akhir ini beberapa situs Islam yang berani menyuarakan haq dan menyingkap kebatilan diblokir.
Perlu diketahui, konflik di Suriah bukanlah perang
saudara, atau sekedar faktor politik. Perang suriah adalah perang antara Islam
dan Syiah. Syiah dan Islam tak bersaudara. Pencetus Syiah sendiri berasal dari
Yahudi yang pura-pura masuk Islam, yaitu Abdullah bin Saba. Syiah sangat
membenci khulafa ar-Rasyidin kecuali Ali, karena mereka memang sangat
mmengagungkan shahabat Ali. Bahkan, pada sekte Syiah yang sangat fanatik, mereka
menganggap Ali sebagai tuhan. Diantara penyimpangan Syiah adalah
menjelek-jelekkan shahabat dan sabagian ummul mukminim seperti Ibunda Aisyah
dan Hafshah, menghalalkan nikah mut’ah, menganggap al-Qur’an yang ada di tangan
kaum muslimin hari ini tidak lengkap, dan mentafsirkan ayat al-Qur’an seenaknya
demi membela ideologi sesat mereka.
Suriah berdarah. Mereka ditindas oleh kebengisan
Bashar Asad dan pasukannya. Anak-anak, wanita, dan para lansia banyak menjadi
korban. Salah satu video yang pernah saya lihat sangat menyedihkan. Seorang bocah
perempuan yang berusia 10 tahun bersama adiknya tengah mengais serpihan roti. Ucapan
mereka kurang lebih “orang-orang lebih suka membuang roti daripada
memberikannya kepada orang lain.” Terlebih jika musim dingin menyapa. Saat rumah-rumah
mereka telah hancur, barang-barang mereka juga habis, tentu mereka membutuhkan
sesuatu untuk menghangatkan tubuh mereka.
Oleh karena itulah saudara-saudara, saya mengajak
diri saya pribadi, juga para pembaca yang budiman, untuk menyalurkan bantuan
kepada mereka, baik fisik ataupun nonfisik sebagai tabungan akhirat bagi kita. Karena
harta kita yang sesungguhnya bukan rumah mewah, kendaraan mewah, atau perhiasan
yang berlimpah. Harta kita adalah apa yang kita infakkan dan sedekahkan lillahi
ta’ala.
_Ai_