Sabtu siang sepulang dari SD tetangga.
Saya dan
beberapa teman diberi tugas oleh pihak sekolah untuk mengikuti les (?) membaca
al-Qur’an bernada. Sampai sekarang pun saya masih tidak mengerti nama nada yang
pernah saya pelajari itu. Selain karena waktu yang singkat, di tempat saya
mengaji pun tidak diajari begituan. Bisa membaca al-Qur’an sesuai tajwid saja
sudah cukup bagus. Yang cukup membuat saya miris adalah, sebagian besar teman
saya belum bisa membaca al-Qur’an padahal sudah kelas enam SD.
Oiya, to
the point. Siang itu, saya dan beberapa teman baru saja pulang dari
kegiatan yang dilaksanakan di SD tetangga. Saya, Alvian, Dayat, dan Destri (ingetnya
sih cuman itu) kembali ke sekolah bersama karena tas kita masih di kelas.
Suasana sekolah sepi, semua siswa sudah pulang. Bangku di kelas pun sudah
terkondisikan terbalik di atas meja oleh teman-teman yang piket. Tapi ada satu
kertas yang menarik perhatian kami.
Saya
lupa isi lengkapnya (saat itu masih kecil & nggak dihafal juga, ^^) isinya
adalah pemberitahuan kalau ada orang yang mimpi bertemu Rasulullah SAW dan
diberitahu kalau kiamat bakal terjadi dalam waktu dekat. Disitu tertulis hari,
tanggal, bulan, dan tahunnya, hanya saja yang masih membekas di memori saya
cuma harinya. Hari Jum’at. Plus embel-embel “sebarkan ke dua puluh orang atau
anda akan bla bla bla karena telah mengabaikan mimpi tersebut (intinya hal-hal
buruk deh).
Saya
dan teman teman langsung membuat konferensi kecil-kecilan. “Gimana nih? Uangku
habis.” “Uangku tinggal dua ratus.” Kami bergantian melaporkan perekonomian
masing masing. “Tapi kita tetep harus nyebarin ini.”
Setelah
uang terkumpul, kami bergegas menuju kios fotocopy terdekat. “Copy buram 20
lembar bu,” ucap saya. “Katanya jum’at tanggal sekian bakal kiamat,” jelasku
berapi-api. Si ibu pemilik fotocopy yang juga pemeluk Kristen itu hanya
tersenyum. Tersenyum akan kekonyolan kami. (baru saya sadari saat sudah paham,
haha)
Kami
segera menempelkan slebaran tersebut di tiang-tiang listrik. ^^. Saya lupa,
kami menempelkan kertas kertas tersebut menggunakan lem atau nasi (eh?). Karena
seingat saya, saat itu kami juga sempat sibuk mencari lem. Wk. Usai
menyelesaikan misi, saya pulang ke rumah. Tak lupa saya ceritakan tentang
slebaran kiamat itu pada ibu saya. “Slebaran begituan mah udah ada zaman ibu
muda dulu, toh nggak terbukti. Kan yang tahu kapan kiamat Cuma Allah,” nasihat
ibu. Saya hanya ber-ooo ria. Dalam hati saya menggumam “iya juga yah, kalo dulu
pernah ada slebaran kayak gitu kok sampai sekarang belum kiamat-kiamat.”
Ps: Sampai tulisan ini dibuat pun isi slembaran
itu tak terbukti. Yang tahu kapan datangnya kiamat hanyalah Allah. Meskipun tanda
tanda kedekatannya (yang bersumber dari hadits) sudah kita rasakan, bukan berarti
bisa seenaknya meramal kapan waktunya. Kita hanya perlu bertaubat dan senantiasa
memperbaiki diri, semoga Allah melindungi kita dari fitnah akhir zaman. Wallahu
a’lam.
0 komentar:
Posting Komentar