Faiz bimbang. Ia yakin apa yang akan dilakukannya benar. Dilihatnya
lagi sms itu. Baru hari ini ia berkomunikasi kembali dengan Fiza. Hari yang memang
dirindukannya, tapi ia merasa harus mengambil tindakan secepat mungkin. Ia takut
Fiza marah membaca isi sms yang akan ia kirim.
Faiz: za,
aku mau bilang sesuatu, tapi jangan marah ya..
Fiza:
hmm.. bilang aja, tapi nggak janji ya..
Melihat
jawabannya, Faiz membaca ulang sms yang akan dia kirim. Setelah benar benar
yakin, ia tekan tombol send.
Bismillah..
Aku bingung dengan semua ini, apakah yg kita lakukan ini benar? Ya,
walaupun kita jarang2 komunikasi, tapi entah kenapa selalu saja ada yang
mengganjal dihati. Aku ingin dengar pendapatmu, bagaimana kalau kita lost
contact dan memberi kabar nanti ketika kita mau menikah. Atau mungkin nanti
jika kamu sudah selesai sekolah dan perasaanku ke kamu masih sama seperti ini,
insyaALLOH aku akan memberi tahumu dan melanjutkan ke jenjang yg lebih serius.
Tapi sekarang aku tak mau berjanji. Aku tak mau memberi harapan2 kosong. Dan
jika nanti kamu istikhoroh ada namaku disana, tolong kamu beritahu aku. InsyaALLOH
aku akan datang pada orang tuamu.
Aku tak tau, tapi aku percaya kalo kamu adalah orang yang bijak
dalam mengambil keputusan. Dan juga aku berpikir, bagaimana mungkin kita menikah jika sebelum
menikah saja kita sudah melanggar aturan2 Alloh? Apa jadinya pernikahan kita
nanti? Aku tau, kamu pun berpikir seperti itu.
Aku tau ini akan terasa berat, tapi bukankah kamu juga tahu
tentang kisah cinta shahabat Ali dengan putri Rasul Fatimah Az Zahra? Yang mana
mereka mampu menjaga perasaan mereka. Suatu contoh yang hebat. Bukankah tak
salah jika kita mau memperbaiki diri dan mencontoh mereka? Agar kita pun bisa
menjadi teladan yang baik untuk anak anak kita kelak. Jika (semoga) Alloh
mengizinkan kita untuk membina keluarga bersama.
Amiin..
Meskipun LC ini
berat, yakinlah kita mampu melakukannya. Kita harus bisa membedakan mana yang
patut ditangisi dan mana yang tidak. Semoga dengan ini kita bisa lebih menjaga
diri dari perbuatan yang sia sia.
Za… yakinlah, jika Alloh memang
berkehendak menyatukan kita dalam ikatan yang halal, pasti Dia sudah memiliki
scenario yang hebat. Kita hanya perlu berkhusnudzon, karena Alloh mengambil
tindakan sesuai prasangka hambaNya.
Fiza tersenyum membaca smsnya.
Faiz benar, sedari dulupun Fiza telah memikirkan hubungan mereka yang rasanya
mendatangkan madhorot. Ia tahu apa yang mereka lakukan salah. Mereka memang tak
berpacaran resmi, tak juga seperti kebanyakan orang. Bertemu pun tak pernah
walau hanya sekali. Hanya saja mereka tak mampu membohongi perasaan masing
masing . Jika diibaratkan orang yang
berpuasa, mereka belum boleh makan sampai adzan maghrib berkumandang. Tapi
mereka sudah mencicipi apa yang belum boleh sebelum sahnya akad pernikahan.
Mereka seperti orang yang mencicipi makanan sebelum waktu berbuka. Selama ini
Fiza belum pernah meminta LC karena ia takut tak mampu. Dan sekarang Faiz yang
memintanya. Tentu Fiza setuju, ia juga tak mau berlarut larut dalam kealpaan
itu. Segera ia balas sms Faiz.
“aku ga marah, sungguh J, lalu,
kapan dimulai LC kita?
Ketika menunggu
sms balasan darinya, Fiza malah teringat salah satu gombalan Faiz. Biasa, Faiz
memang suka bercanda.
Faiz: za, kamu tuh mirip belut ya..
Fiza: enak aja!
Faiz: ya iyalah.. coz klo belum didapet nangkepnya susah
banget, klopun dah ketangkep juga harus dijaga hati-hati, biar ga lepas lagi..
Fiza: Halah, gombal..!!!
Faiz: Haha, beneran.. Wkwk
Bip. Hp Fiza berbunyi, tanda ada sms masuk. Ia yakin itu dari
Faiz. Langsung saja sms itu dibuka olehnya.
“Hati kecilku berbisik, kalau kita harus mulai dari sekarang.
karena untuk memulai suatu kebaikan, sebaiknya kita tak menunda-nunda. Maafkan semua
khilafku za. Semoga LC kita ini benar benar karenaNya”
oo.. ok, aku juga minta maaf atas semua salahku..
**
Belum ada sebulan, tapi Faiz sudah
merasa disiksa rindu. Sama halnya dengan Fiza, hanya saja mereka tak saling
tahu. Yang mereka tahu, selama mereka masih berpijak di bumi ini, berarti mereka
masih berada di bawah langit yang sama.
Faiz menatap langit, malam itu banyak
sekali bintang berkerlip. Mulai saat itu ia bertekad, untuk tak terus menerus
memikirkan Fiza. Meski berharap untuk bisa menikah dengannya bukan suatu
kesalahan. Ia yakin, jika jodoh tak akan kemana. Segigih apapun ia mengejar,
andai ia bukan untuknya, tentu takkan pernah ia dapat. Begitupun sebaliknya, apapun
yang ditakdirkan menjadi miliknya, pasti akan tetap menjadi miliknya. “Jodoh itu
sudah diatur Alloh,” begitu ia mantapkan hatinya. Faiz tak tahu, disana, di
bawah langit yang sama, Fiza juga sedang memandang bintang-bintang, dan ia
memikirkan apa yang Faiz pikirkan. Ia yakin, jika Faiz memang untuknya, ia akan
datang menikahinya, suatu saat..
_Haibara Ai_
Preketek.....
BalasHapusdubuuzzz dubuzz
wkwk :)
BalasHapuspengalaman pribadi kah??? hehe
BalasHapushaha, iya gak y???? :)
BalasHapus