Dear…
Jum’at, 04 Januari 2013
Dear diary…
Ry…Aku merasa bersalah. Sangat
merasa bersalah. Aku belum bisa menghilangkan rasa itu. Aku tau, rasa itu tak
salah, yang salah adalah bagaimana caraku
mengelolanya. Entah, di satu sisi aku tak begitu yakin bisa bersamanya. Namun
di sisi lain, aku sangat berharap bisa terus bersanmanya. Sungguh, aku masih
mengharapkannya..yang aku takut, rasanya untukku hilang. Tapi kalau memang kita
tak jodoh, maka itu lebih baik.
Dan lagi, aku berharap dia
benar benar jodohku. Aku takut dia tak suka dengan tingkahku yang sudah
sudah. Aku takut dia mengacuhkanku setelah dia berhasil membuatku mencintainya. Tolong
jangan seperti itu.. tapi sekali lagi, jika dia memang bukan jodohku, aku ingin
rasa ini cepat pergi. Agar bayangnya tak terus menerus menghantuiku. Dan seandainya
pun dia benar-benar untukku,maka aku ingin rasa ini hilang hingga dia benar
benar datang padaku. Supaya noktah noktah di hati ini lekas hilang. Dan semoga
aku mampu ikhlas, disaat kutau dirinya bukan untukku.
Dia tak terlalu setuju
denganku, tentang salah satu dogma cinta. Witing tresno lantaran soko kulino,
begitu kata orang Jawa. Rasa akan tumbuh dengan seringnya komunikasi, dan akan
terkikis dengan jarangnya komunikasi.”Apa semudah itu?”katanya waktu itu. Entah,
tapi ini realita, ry..
Tahukah, jikalau wanita itu
sulit jatuh cinta dan sulit juga melupakan orang yang dicintanya? Apalagi, saat
kita berpisah, aku dalam keadaan ridho kepadanya. Dia memang menyebalkan, tapi
dia juga ku rindukan. Hanya sekali, dia mengecewakanku. Tapi, mungkin aku yang
terlalu bersikap berlebihan.
Ry.. semoga dia tahu, aku
merindukannya. Seandainya ada kesempatan, aku ingin meminta maaf atas
tingkahku. Disaat dia teguh memegang prinsipnya, aku pun harus menghormatinya. Dan
semoga aku bisa tegar menghadapi keadaan ini.
Sayla
menghela napas, ia tutup diary_nya sembari berdoa, semoga “dia” memaafkannya.
0 komentar:
Posting Komentar