Pages

About

Minggu, 06 Maret 2016

Jangan Sampai Dikencingi Jin



Ini kali kedua saya menulis postingan yang menyangkut jin. Tapi tenang, yang menjadi topik utama bukan mereka, tapi saya. Tepatnya kecerobohan saya sebagai murid. ^^
“Itu lho kopinya, cepet diminum,” seru teman saya.
“Iya mba, nanti,” saya menanggapinya sambil tersenyum.
Siapapun yang tak kenal sifat teman saya pasti bisa jengkel. Dia mempersilakan tapi seperti marah-marah. Bisa dibilang memaksa orang lain menerima kebaikannya. Saya paham, dia bermaksud baik. Dia ingin kopi yang dibuatnya juga dirasakan kita. Dia ingin berbagi. Tapi kalau kita dengar caranya mempersilakan, alih-alih kita mau minum, kita bisa jadi ikutan misuh-misuh. Itulah sebabnya saya hanya tersenyum sambil mengatakan “iya” sebagai bentuk menghargai niat baiknya.
Jam dinding menunjukkan pukul setengan satu pagi. Saya belum tidur, masih lembur skripsi. Sebenarnya kurang tepat kalau alasan saya lembur hanya untuk membuat skripsi, yah, saya sedikit bandel, refreshing dengan melakukan hobi. Bukannya tidak boleh, hanya saja saya sering lupa kalau deadline saya tak memberi banyak waktu luang, walau sebenarnya saya tetap sering membandel. Hiks.
“Mba, mau kopinya ya,” ucap saya mendekat.
“Ya, dari tadi ditawarin,” dia masih menjawab dengan nada keras. Lagi-lagi saya tersenyum dibuatnya.
“Ih, ini kenapa dikasih kertas?” Tanya saya heran.
“Biar nggak dikencingi jin,” jawab teman saya yang lain –bukan pemilik kopi-. Dia menjawab pertanyaan saya sambil tertawa. Saya tersenyum dan mulai menikmati kopi. Hangat dan enak. Entah mengapa, saya masih penasaran dengan jawaban teman saya tadi. Awalnya saya anggap dia hanya bercanda, tapi dalam nada bicaranya tersirat kesan serius.
“Yang tadi beneran?” saya kembali bertanya.
“Iya,” kali ini kaduanya menjawab serempak.
“Iya kan ya, aku masih inget kok Bu Ina njelasin di kelas, di al-Wajiz juga ada, air tenang itu disukai jin, makanya kalo malem gelas atau apapun yang ada airnya harus ditutup” jelas si pemilik kopi. “kayaknya pas itu kamu lagi tidur deh,” imbuhnya datar.
“Lha ini yang ditutup cuma segini, berarti nggak semuanya aman dong?” saya menunjuk lintingan kertas yang lebarnya hanya 1 cm, yang tadi diletakkan di atas gelas. Saya hanya ingin berseloroh.
“Iya, boleh ditutup pakai apapun, walau nggak nutupin semua,” teman saya yang satu lagi menambahkan.
Saya mengangguk-angguk. Memori tentang anjuran menutup bejana di malam hari muncul perlahan. Saya tersenyum, lalu terbahak. Bukan apa-apa, saya hanya teringat ucapan pemilik kopi tadi, “kayaknya pas itu kamu lagi tidur deh.” Bisa jadi waktu materi itu disampaikan saya lagi absen, izin ke toilet, atau benar tertidur seperti ucapan teman saya tadi.
“Thanks ya,” saya pamit. Sambil berjalan menuju kamar, saya berusaha menahan tawa. “Iya deh mba, kayaknya pas itu aku lagi tidur,” ucap saya sambil tersenyum geli.

NB: Perhatikan guru ketika mengajar. Jangan main sendiri, melamun, mengantuk, apalgi tertidur. Tertinggal materi di buku panduan memang bisa dikejar, tapi apa yang disampaikan guru tak hanya apa yang ada di buku. Perhatikanlah, hingga ilmu yang kita dapat tidak setengah-setengah. ^^

_Ai_

Jumat, 22 Januari 2016

Dua Surat Ampuh Saat Tindihan



Sepertinya sudah lama saya nggak posting, coz lagi -sok- sibuk skripsi, hehe. Ok, saya punya pertanyaan, pernahkan Anda merasa tindihan? Hmm, kalau di daerah saya biasa disebut rep-repan. Rasanya seperti ditindih, yup, ditindih jin. Bentuknya berbeda-beda. Alhamdulillah, sampai saat ini tindihan yang saya alami tidak terlampau parah, dalam artian tidak sampai terlihat siapa yang nindih saya secara jelas. Paling banter kelihatan tapi samar-samar, atau hanya kelihatan warna hitam. Kalau teman saya lebih parah, dia sampai melihat bentuk jin yang mengganggunya, bahkan ada yang merasa dicekik. Perlu diketahui, tindihan termasuk salah satu gangguan jin saat tidur, tapi tidak sampai pada tingkatan kerasukan.
Nah, kalau saudara mengalami hal demikian, solusinya bagaimana?             
Menurut pengalaman saya pribadi, surat yang ampuh untuk melepaskan diri dari tindihan adalah surat al-Falaq dan an-Nas. Sesuai namanya al-Mu’awidzatain, kedua surat tersebut memang mudah untuk mengusir jin jahat. Bisa dicoba, tapi smoga saja bagi yang belum pernah tindihan jangan sampai mengalaminya.
Kenapa saya bisa berkesimpulan demikian? Karena saya sudah beberapa kali direp-repin. Beberapa ayat ruqyah yang saya tahu sudah saya coba, tapi yang menurut saya –berdasarkan pengalaman dan analisi, wk- yang paling cepat bereaksi adalah al-Mu’awidzatain. Rasanya susah bangun dan berat, malah dalam beberapa kasus tindihan saya, ketika sudah bisa bangun langsung dibuat tidur lagi, ditindih lagi. Analoginya, kita sudah buka pintu, tapi pas mau keluar kita ditarik lagi untuk masuk. Disitu saya merasa takut. Solusinya, saya pindah tempat tidur. Pernah, saat sudah berhasil bangun, saya doa dan kembali tidur di tempat yang sama, tapi hasilnya idem, saya ditindih lagi. Hiks. Tapi itu belum seberapa, adik kelas saya malah selalu ditindih selama belum keluar dari kamar.
Wal akhir, jika ada diantara teman-teman yang merasa tindihan –semoga Allah melindungi kita dari hal ini- saya rekomendasikan baca surat al-Falaq, an-Nas, atau keduanya. Kalau masih sulit, bisa baca ayat-ayat ruqyah lain seperti ayat kursi, 3 ayat terakhir al-Baqarah, atau adzan. Wallahu a’lam bish shawab.
Semoga bermanfaat J J
_Ai_