Pages

About

Kamis, 10 September 2015

Kiamat di Hari Jum’at


Sabtu siang sepulang dari SD tetangga.

Saya dan beberapa teman diberi tugas oleh pihak sekolah untuk mengikuti les (?) membaca al-Qur’an bernada. Sampai sekarang pun saya masih tidak mengerti nama nada yang pernah saya pelajari itu. Selain karena waktu yang singkat, di tempat saya mengaji pun tidak diajari begituan. Bisa membaca al-Qur’an sesuai tajwid saja sudah cukup bagus. Yang cukup membuat saya miris adalah, sebagian besar teman saya belum bisa membaca al-Qur’an padahal sudah kelas enam SD.

Oiya, to the point. Siang itu, saya dan beberapa teman baru saja pulang dari kegiatan yang dilaksanakan di SD tetangga. Saya, Alvian, Dayat, dan Destri (ingetnya sih cuman itu) kembali ke sekolah bersama karena tas kita masih di kelas. Suasana sekolah sepi, semua siswa sudah pulang. Bangku di kelas pun sudah terkondisikan terbalik di atas meja oleh teman-teman yang piket. Tapi ada satu kertas yang menarik perhatian kami.
          
          Saya lupa isi lengkapnya (saat itu masih kecil & nggak dihafal juga, ^^) isinya adalah pemberitahuan kalau ada orang yang mimpi bertemu Rasulullah SAW dan diberitahu kalau kiamat bakal terjadi dalam waktu dekat. Disitu tertulis hari, tanggal, bulan, dan tahunnya, hanya saja yang masih membekas di memori saya cuma harinya. Hari Jum’at. Plus embel-embel “sebarkan ke dua puluh orang atau anda akan bla bla bla karena telah mengabaikan mimpi tersebut (intinya hal-hal buruk deh).
         
        Saya dan teman teman langsung membuat konferensi kecil-kecilan. “Gimana nih? Uangku habis.” “Uangku tinggal dua ratus.” Kami bergantian melaporkan perekonomian masing masing. “Tapi kita tetep harus nyebarin ini.”
           
          Setelah uang terkumpul, kami bergegas menuju kios fotocopy terdekat. “Copy buram 20 lembar bu,” ucap saya. “Katanya jum’at tanggal sekian bakal kiamat,” jelasku berapi-api. Si ibu pemilik fotocopy yang juga pemeluk Kristen itu hanya tersenyum. Tersenyum akan kekonyolan kami. (baru saya sadari saat sudah paham, haha)
             
         Kami segera menempelkan slebaran tersebut di tiang-tiang listrik. ^^. Saya lupa, kami menempelkan kertas kertas tersebut menggunakan lem atau nasi (eh?). Karena seingat saya, saat itu kami juga sempat sibuk mencari lem. Wk. Usai menyelesaikan misi, saya pulang ke rumah. Tak lupa saya ceritakan tentang slebaran kiamat itu pada ibu saya. “Slebaran begituan mah udah ada zaman ibu muda dulu, toh nggak terbukti. Kan yang tahu kapan kiamat Cuma Allah,” nasihat ibu. Saya hanya ber-ooo ria. Dalam hati saya menggumam “iya juga yah, kalo dulu pernah ada slebaran kayak gitu kok sampai sekarang belum kiamat-kiamat.”

Ps: Sampai tulisan ini dibuat pun isi slembaran itu tak terbukti. Yang tahu kapan datangnya kiamat hanyalah Allah. Meskipun tanda tanda kedekatannya (yang bersumber dari hadits) sudah kita rasakan, bukan berarti bisa seenaknya meramal kapan waktunya. Kita hanya perlu bertaubat dan senantiasa memperbaiki diri, semoga Allah melindungi kita dari fitnah akhir zaman. Wallahu a’lam.

0 komentar:

Posting Komentar